Disuguhi Makanan Ketika Sedang Puasa, Bagaimana Sikap Kita?

Tanya: Assalamualaikum… Saya mau tanya pak ustadz , kebetulan tadi saya duduk dirumah teman jadi teman itu menghidangkan kue nya ,,sedangkan saya sedang puasa ??

Admin

[addtoany]

Tanya:
Assalamualaikum… Saya mau tanya pak ustadz , kebetulan tadi saya duduk dirumah teman jadi teman itu menghidangkan kue nya ,,sedangkan saya sedang puasa ?? Teman itu menawarkan makanan itu udah ,jadi 3x, dia tawarkan sampai dia udah sajikan … Udah saya jawab saya masih kenyang ..,tapi dia tawarkan lagi saya bilang saya lagi puasa ?? Apakah jawaban saya termasuk orang ria pak ustadz??? (Rona, Batam)

Jawab:
Wa’alaikum salam

Menurut Imam Nawawi dan juga Imam Ibnu Taimiyah bahwa jika Anda bertamu dan anda sedang puasa, maka sekiranya tidak menyakiti tuan rumah, tidak mengapa anda terus terang bahwa anda sedang puasa. Sikap anda tersebut bukanlah sikap riya.

Namun jika sekiranya dapat menyinggung perasaan tuan rumah, maka batalkanlah puasanya.

Dalil yang dijadikan pijakan adalah hadis berikut:

إِذَا دُعِىَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ فَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ وَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ

“Jika salah seorang di antara kalian diundang makan, maka penuhilah undangan tersebut. Jika dalam keadaan berpuasa, maka do’akanlah orang yang mengundangmu. Jika dalam keadaan tidak berpuasa, santaplah makanannya.” (HR. Muslim)

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani ). Wallahu a’lam.

(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc. M.M)

Related Post