Tanya:
Assalamualaikum.
Nama saya dia. Saya sudah berumah tangga yg kedua kali. Pernikahan yg kedua ini saya menikah dg duda anak 1. Saya mulai hidup dg keluarga baru ikut suami dan di rumah suami ada ibu mertua dan adik ipar. Dg adanya anak dr suami saya sudah berjanji bahwa saya akan menerima dia seperti anak saya sendiri. Sudah genap setahun saya menjalani . entah kenapa dg hati ini saya ada rasa mulai cemburu bahkan tidak suka jika anak dr suami saya serumah dg saya. Padahal saya sudah banyak istighfar. smpai kadang semalam nangis* sendiri..di tambah sering sakit hati krna ucapan mertua.karna segala hal yg d lakukan selalu salah.hampir setiap malam nangis.bingung harus apa .sudah cerita suami tetap saja dia diam .saya sampai maksa ingin rumah sendiri .tapi lihat kondisi suami belum punya biaya buat bangun rumah.saya terpuruk diam ..doa tak henti* tapi fikiran dan perasaan tetap rasa hambar dan sedih..
Apa yg harus ku lakukan untuk menenangkan semua nya ? (Muhimmatus Sadiyah, Pasuruan)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Tugas istri yang paling utama adalah taat kepada suami selama dalam kebaikan. Pahalanya sangat besar, yaitu surga. Perhatikan hadis nabi berikut:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Bahkan dalam hadis lain disampaikan sebagai berikut:
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ibnu Hibban).
Mertua sendiri sesungguhnya sama seperti orang tua sendiri yang wajib dihormati dan ditaati. Hal ini sesuai dengan firman allah berikut:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَاۤ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَاۤ أُفࣲّ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلࣰا كَرِیمࣰا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS al-Isra’ : 23)
وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰا وَبِذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡیَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِینِ وَٱلۡجَارِ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِیلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالࣰا فَخُورًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS an-Nisa’ : 36)
Jika mertua mengucapkan kata-kata tidak baik, jangan dibalas dengan ungkapan tidak baik tapi balaslah dengan kebaikan. Karena dengan kebaikan ini dapat meluluhkan hati mertua.
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ”
Artinya:: (Balaslah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang sahabat karib) (QS. Fusilat: 34)
Adapun anak tiri harus dirawat seperti anak sendiri. Jika dalam hati anda masih ada rasa iri, maka banyak-banyaklah beristigfar kepada Allah seperti yang sudah ada lakukan. Tentu saja setan selalu menggoda anda untuk berbuat dan berpikir yang tidak baik. Lawan bisikan itu dengan doa dan zikir. Semoga dengan ini Allah memberikan jalan keluar dan ketenangan pada diri anda. Wallahu alam.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M)