Tanya:
Assalamualaikum, jadi gini tadi kan saya naik motor sama ibu saya trus diperjalanan motor saya bannya meletus, nah ada orang yang nyamperin kita bawa anjing jaraknya sama kita sekitar satu meter lah dan anjingnya kecil digendong gitu kepalanya seukuran tangan si pemilik ngasi tau tempat tambal ban, trus setelah itu saya melanjutkan perjalanan dan muncul was was apa tadi ada air liur anjing itu yang jatuh di tangan / baju saya atau saya ga sengaja nyentuh anjingnya tapi saya ga merasa kalo nyentuh atau kejatuhan air liur anjing karna saya cuma noleh karna diajak bicara sama orang itu ga ngapa ngapain anjingnya karna liat anjing aja udah takut walaupun itu anjingnya masi kecil. saya was was aja gitu takut kecipratan air liurnya juga ke baju saya atau baju ibu saya, jadi solusinya gimana yaa? apakah saya harus menyucikan najisnya yang saya gatau emang terkena atau tidak atau saya tidak usah mengikuti was was itu? tolong dijawab ya terima kasih. (Azzahro Maulia – Probolinggo)
Jawab:
Wa’alaikum salam. Bulu anjing kering, tidak najis, yang najis adalah air liur anjing. Ia termasuk najis besar sehingga membasuhkan hingga 7 kali dan salah satunya dengan debu. Dalilnya sebagai berikut:
Hadits yang kita bahas yaitu sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
طُهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيْهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ، أُوْلاَهُنَّ بِالتُّرَابِ
Sucinya bejana salah seorang diantara kalian yang dijilat anjing adalah dengan cara mencucinya sebanyak tujuh kali dan yang pertama dengan tanah.” [Mutafaqqun ‘alaih].
Adapun bulunya, menurut madzhab Syafi’i, najis biasa jika basah. jika tidak basah atau dalam kondisi kering, maka tidak najis.
Adapun anda, karena awalnya anda suci, maka anda dalam kondisi suci dan tidak najis. Anda tidak perlu was-was. Hal ini menggunakan kaedah istishab yaitu
بقاء ما كان على ما كان
Artinya jika di awalnya anda suci, maka anda dianggap suci.
Anda harus meninggalkan sikap ragu-ragu tersebut sesuai dengan hadis Nabi beirkut:
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ سِبْطِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم وَرَيْحَانَتِهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: حَفِظْت مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم “دَعْ مَا يُرِيبُك إلَى مَا لَا يُرِيبُك رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَالنَّسَائِيُّ، وَقَالَ التِّرْمِذِيُّ : حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
Dari Abu Muhammad al-Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu’.” [Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i.)
Jadi, tidak usah ragu dan yakinlah bahwa kondisi anda suci. Wallahu a’lam. (Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.)