Tanya:
1. Apa arti maksiat dan apa saja hal2 yg masuk kedalam perbuatan maksiat? Apakah dosa kecil tidak masuk dalam perbuatan maksiat?
2. Apakah jika bertobat manusia sudah menjd suci? Jika sidah sekali bertobat apakah kemudian tidak perlu bertobat lagi?
3. Apa manfaat sholat 5 kali sehari bagi manusia?
4. Apa pendapat anda terkait kalimat “manusia adlh tempat khilaf dan lalai”
Sementara itu dulu pertanyaan saya.
(Laila Nahwa Harun)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Maksiat berasal dari bahasa Arab yaitu ma’shiyatun. Asal katanya asha ya’shi artinya menentang atau durhaka. Dalam Al Qur’an disebutkan sebagai berikut:
وَعَصَى ءَادَمُ رَبَّهُ فَغَوَى . ثُمَّ اجْتَبَاهُ رَبُّهُ فَتَابَ عَلَيْهِ وَهَدَى . قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى . وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى . قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا . قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ ءَايَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى . وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِن بِئَايَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ اْلأَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى
Dan Adam pun mendurhakai Rabb-nya, maka ia sesat. Kemudian Rabb-nya (Adam) memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberi Adam petunjuk. Allah berfirman, “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk dariKu, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, ia tidak akan seat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia:”Ya, Rabb-ku, mengapa Engkau menghimpun aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang bisa melihat”. Allah berfirman:”Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan”. Dan demikanlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya terhadap ayat-ayat Rabb-nya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal [Thaha:121-127].
Juga firman Allah:
فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ ٱلرَّسُولَ فَأَخَذْنَٰهُ أَخْذًا وَبِيلًا
Arti: Maka Fir’aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat. (QS. Al Muzammil: 16)
Bermaksiat kepada Allah maksudnya adalah menentang dan durhaka kepada Allah dengan melanggar perintahNya. Segala sesuatu yang terkait pelanggaran perintah Allah baik yang kecil atau besar disebut dengan perbuatan maksiat.
Maka maksiat ada yang kecil ada yang besar. Dosanyapun ada yang kecil ada yang besar. Ghibah atau menggunjing orang adalah maksiat. Hanya ia dianggap maksiat kecil dan dosa kecil. Meski kecil di mata manusia, sesungguhnya tetap besar di mata Allah karena hukuman kelak di neraka adalah memakan bangkai.
Mabuk atau zina, tingkatan maksiatnya lebih besar. Hukuman di dunianya juga lebih besar yaitu didera atau rajam bagi pezina muhshan. Di akhirat hukumannya jauh lebih besar dan dahsyat.
Maksiat pun ada yang terkait dengan hak Allah dan hak hamba. Maksiat yang terkait dengan hak Allah seperti tidak shalat, dosa bisa dihapus dengan taubat nasuha dan qadha shalat.
Berbeda dengan maksiat yang terkait dengan hak hamba seperti mencuri, maka ia harus mengembalikan barang curian dan minta maaf atau minta dihalalkan kepada orang yang dicuri. Selama orang yang dicuri belum memaafkan, maka dosa masih melekat padanya. Allah juga belum mengampuni.
Jika manusia sudah bertaubat dengan sebenarnya dan berjanji tidak akan melakukan lagi, maka insyaallah Allah akan menerima taubatnya dan ia kembali suci. Dalilnya sebagai berikut:
كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَاءٌ وَ خَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّبُوْنَ. رَوَاهُ التِّرْمـِذِيُّ
Setiap anak adam (manusia) berbuat kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertaubat. (HR. Tirmidzi)
لَوْ أَنَّ الْعِبَادَ لَمْ يُذْنِبُوْا لَخَلَقَ اللهُ الْخَلقَ يُذْنِبُوْنَ ثُمَّ يَغْفِرُ لَهُمْ رَواه الْحَاكِمُ
Seandainya hamba-hamba Allah tidak ada yang berbuat dosa, tentulah Allah akan menciptakan makhluk lain yang berbuat dosa kemudian mengampuni mereka. (HR. Hakim)
Terkadang kita buat kesalahan dan kita tidak sadar. Maka bertaubat dan membaca istigfar harus dilaksanakan secara terus menerus. Jadi setiap saat kita bertaubat tanpa henti. Semoga dengan ini kita bersih dari segala dosa. Amin. Wallahu a’lam.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M)
Infak untuk pengembangan website dan aplikasi Tanya Jawab Agama: Bank BNI Syariah No. Rekening 0506685897 a.n Muhamad Muflih.
Wakaf untuk pembangunan Pesantren Almuflihun: Bank BNI No. Rekening 0425335810 a.n Yayasan Al Muflihun Temanggung.
Konfirmasi transfer +628981649868 (SMS/WA)