Tanya:
Ketika seorang waktu malam melakukan hubungan suami istri dan sampai pagi belum bisa mensucikan diri, tapi hari itu dia ingin puasa, bagaimanakah hukum dan penjelasannya?
Jawab:
Waalaikum salam
Bagi seseorang yang junub dan setelah fajar belum mandi sementara ia hendak berpuasa, maka puasanya sah. Hal ini sesuai dengan hadis nabi berikut:
عن عائشة وأم سلمة رضي الله عنهما “أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصْبِحُ جُنُبًا مِنْ جِمَاعٍ ثُمَّ يَغْتَسِلُ ويَصُومُ” متفق عليه وزاد مسلم في حديث أم سلمة “وَلَا يَقْضِي
Artinya, “Dari Aisyah RA dan Ummu Salamah RA, Nabi Muhammad SAW pernah berpagi hari dalam kondisi junub karena jimak, kemudian beliau mandi, dan terus berpuasa,” (HR Muttafaq Alaih.)
Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki tatkala menjelaskan hadis di atas, mengatakan sebagai berikut:
جواز تأخير الغسل من الجنابة للصائم إلى ما بعد طلوع الفجر والأفضل التعجيل بالغسل قبل الفجر
Artinya, “Orang yang berpuasa boleh menunda mandi junub hingga waktu setelah fajar terbit. Tetapi yang lebih utama adalah ia menyegerakan mandi wajib sebelum terbit fajar atau sebelum Subuh.”
At-Turmudzi menerangkan hadis berikut dengan mengatakan sebagai berikut:
والعمل على هذا عند أكثر أهل العلم من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم, وغيرهم, وهو قول سفيان, والشافعي, وأحمد, وإسحاق
Inilah yang dibicarakan oleh ulama di kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya. Dan ini merupakan pendapat Sufyan At-Tsauri, As-Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq bin Rahuyah. (Sunan At-Turmudzi, 3/140).
Imam Zainuddin al Malibari di dalam kitab Fathul Muin mengatakan sebagaimana berikut:
وسن (غسل عن نحو جنابة قبل فجر) لئلا يصل الماء الى باطن نحو أذنه أو دبره
“Dan disunnahkan mandi junub sebelum fajar agar air tidak sampai masuk ke dalam telinga atau duburnya.”.
Prinsipnya, puasa sah. Namun lebih baik jika ia mandi terlebih dahulu. Wallahu a’lam.