Tanya:
Assalamuallaikum.
saya wanita berusia 28tahun, sudah berumah tangga,saya memiliki ayah dan ibu yang sama2 keras kepala mereka tidak pernah ada yg mau mengalah. berapa hari lalu ortu saya mengalami pertengkaran yang mengakibatkan ayah saya tidak pulang berhari hari ,dikasih tau anak tp tidak pernah didengar .bagaimana sikap yg harus saya lakukan untuk menghadapi masalah ini? (Fitriani – Bandung)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Sesungguhnya perseteruan suami istri adalah hal yang sangat wajar. Hal itu sebagai bumbu dari hidup berkeluarga. Hal ini pun pernah terjadi juga di keluarga Rasulullah saw.
Dalam hadits riwayat Abu Daud, dikisahkan bahwa Nabi SAW juga pernah bertengkar dengan istri tercintanya, Aisyah. Suatu ketika Abu Bakar datang mengunjungi rumah Aisyah, ia meminta izin untuk menemui Nabi SAW. Ketika masuk, ia mendengar suara Aisyah meninggi (seperti orang marah). Padahal seorang muslim tidak diperbolehkan mengangkat suaranya di hadapan Nabi.
Melihat perlakuan Aisyah, Abu Bakar tampak marah, ia pun memegang tangan Aisyah hendak memukul putrinya itu, seraya berkata “Mengapa engkau mengeraskan suaramu di hadapan Rasulullah?”
Meskipun Abu Bakar membela Nabi SAW, beliau SAW justru melindungi Aisyah dan membelanya. Sebelum hantaman tangan Abu Bakr mengenai Aisyah, Rasulullah SAW segera menghalangi sahabatnya, menenangkannya agar tak terbawa emosi. Abu Bakar akhirnya keluar dari rumah Aisyah dalam keadaan marah.
Setelah Abu Bakar pergi, Nabi SAW lalu menggoda sang istri, seraya berkata “Bagaimana pendapatmu ketika aku menyelamatkanmu dari kemarahan Abu Bakar?”
Setelah kejadian itu, Abu Bakar pun berdiam diri di rumahnya selama beberapa hari. Pada hari lainnya, Abu Bakar kembali mendatangi rumah putrinya dan meminta izin untuk menemui Rasulullah SAW. Saat masuk, Abu Baakr mendapati keduanya telah berbaikan.
Ia pun berkata “Sertakanlah aku dalam kedamaian kalian sebagaimana kalian telah menyertakanku dalam kemarahan kalian”. Nabi SAW kemudian menjawab “Kami telah lakukan, kami telah lakukan”
Begitulah potret kesabaran Nabi SAW dalam menghadapi lika-liku rumah tangganya. Beliau selalu sabar menghadapi istri-istrinya. Aisyah tentu hanyalah manusia biasa yang bisa marah dan merasakan cemburu. Namun Nabi SAW selalu menghadapinya dengan tenang dan tak pernah membalasnya dengan amarah.
Padahal jika mau, Nabi SAW bisa saja membiarkan Abu Bakar memukul Aisyah, namun beliau justru menghalanginya dan membela Aisyah. Bahkan Nabi SAW justru menggoda Aisyah seraya berkata “Bagaimana pendapatmu ketika aku menyelamatkanmu dari kemarahan Abu Bakra?”
Tentu saja amarah Aisyah langsung menguap dan hilang, digantikan dengan rasa cinta dan sayang yang semakin dalam. Aisyah RA berkata “Rasulullah SAW tidak pernah memukul pembantunya dan perempuan (istrinya) dan tidak pernah memukul siapapun dengan tangannya” (HR Ibnu Majah)
Jika terjadi perseteruan, siapakah yang mengalah? Tentu dua-duanya berusaha untuk mengalah. Atau salah satu mengalah. Karena dengan keduanya mengalah atau salah satu mengalah, maka lambat laun persoalan akan terselesaikan. Keduanya akan kembali rukun dan tertawa riang bersama. Jadi, tak usahlah saling merasa paling tinggi dan paling berkuasa. Justru usahakan, satu sama lain saling mengalah.
Perseteruan rumah tangga sebenarnya bagian dari romantisme keluarga, asal dapat menyikapi dengan baik. Karena rumah tangga, menyatukan dua kepala yang berbeda. akan ada saja yang terkadang tidak sependapat.
Bagi anak, silahkan jika hendak memberikan nasihat. Itu sangat baik. Semoga dengan ini, salah satu dari orang tua, ayah atau ibu, ada yang mau mengalah dan dapat menahan ego masing-masing. Semoga keluarga anda selalu sakinah, mawaddah dan rahmah serta kelak dapat berkumpul lagi di surga. Amin.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.)