Bolehkah wanita yang memiliki hutang puasa Ramadhan (qadha) mendahulukan puasa sunnah (seperti puasa Syawal) sebelum melunasi hutangnya? (Abdul Basyir,Pemalang)
Jawab:
Terkait hal tersebut terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama dengan perincian sebagai berikut:
- Mazhab Hanafi: Kebolehan Mutlak Tanpa Makruh
Dasar Hukum:
Hanafi membolehkan puasa sunnah (seperti Syawal) sebelum qadha secara mutlak, karena qadha puasa Ramadhan termasuk wajib muwassa’ (kewajiban dengan waktu longgar) hingga Ramadhan berikutnya. Kelonggaran ini didasarkan pada:
Dalil Al-Quran:
فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain.” (QS. Al-Baqarah: 184).
Ayat ini tidak membatasi waktu qadha harus segera setelah Ramadhan.
Hadis Aisyah RA:
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ
“Aku pernah punya hutang puasa Ramadhan dan tidak bisa mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ini menunjukkan praktik langsung sahabat Nabi yang mengakhirkan qadha.
Kaidah Fikih:
المَشَقَّةُ تَجْلِبُ التَّيْسِيرَ
“Kesulitan mendatangkan kemudahan.”
Hanafi menekankan fleksibilitas untuk memudahkan umat, terutama bagi wanita yang mungkin kesulitan mengqadha segera karena haid/nifas panjang.
Mazhab Maliki & Syafi’i: Boleh dengan Makruh
Dasar Hukum:
Kedua mazhab membolehkan puasa sunnah sebelum qadha, tetapi menganggapnya makruh (kurang utama) karena prinsip mendahulukan kewajiban atas sunnah.
Dalil Pendukung:
فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ
“Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari yang ditinggalkan pada hari-hari lain.” (QS. Al-Baqarah: 184)
Hadis Puasa Syawal:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan lalu mengiringinya dengan enam hari di Syawal, pahalanya seperti puasa setahun.” (HR. Muslim) 39.
Ulama Syafi’i dan Maliki memahami kata “أَتْبَعَهُ” (mengiringi) sebagai anjuran berurutan, bukan syarat wajib.
Alasan Kemakruhan:
Kaidah Prioritas:
الأَصْلُ فِي الْوَاجِبِ الْإِسْرَاعُ وَفِي النَّفْلِ التَّرَاخِي
“Kewajiban harus disegerakan, sedangkan sunnah boleh ditunda.”
Praktik Aisyah RA: Meski beliau mengakhirkan qadha, beliau dikenal sangat menjaga sunnah. Ini menunjukkan kebolehan dengan tetap mengutamakan qadha.
Pendapat Mazhab Hanbali: Keharaman Mendahulukan Sunnah
Dasar Hukum:
Dalil Al-Quran:
وَمَا تَقَدَّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ
“Kebaikan apa pun yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu akan mendapat balasannya di sisi Allah.” (QS. Al-Baqarah: 110).
Ayat ini dipahami sebagai perintah mendahulukan kewajiban.
Hadis:
مَنْ صَامَ تَطَوُّعًا وَعَلَيْهِ مِنْ رَمَضَانَ شَيْءٌ لَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ حَتَّى يَصُومَهُ
“Siapa yang puasa sunnah sedangkan ia punya hutang Ramadhan, puasanya tidak diterima sampai ia menunaikan qadha.” (HR. Ahmad, dhaif).
Penafsiran Hadis Syawal:
Kata “أَتْبَعَهُ” dalam hadis Muslim dipahami sebagai syarat berurutan: qadha dulu baru sunnah 911.
Qiyas dengan Haji:
Tidak boleh haji sunnah sebelum haji wajib, karena kewajiban lebih utama 11.
Kaidah Fikih:
الأَصْلُ فِي الْعِبَادَاتِ الْحَظْرُ
“Hukum asal ibadah adalah terlarang kecuali ada dalil.” 7.
Hanbali menolak kebolehan puasa sunnah sebelum qadha karena tidak ada dalil eksplisit yang membolehkannya.
Pendapat Kontemporer (Syaikh Utsaimin, MUI, dll.)
Fleksibilitas dengan Syarat:
Boleh puasa sunnah dulu jika waktu qadha masih longgar (misal di awal Syawal), tetapi lebih utama menyelesaikan qadha terlebih dahulu untuk meraih keutamaan penuh (pahala puasa setahun) 39.
Pengecualian: Wanita dengan uzur (haid/nifas panjang) boleh puasa Syawal dulu agar tidak kehilangan kesempatan, lalu mengqadha setelahnya 17.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kebolehan Hukum:
Jumhur ulama (Hanafi, Maliki, Syafi’i) membolehkan puasa sunnah sebelum qadha dengan dasar kelonggaran waktu qadha.
Keutamaan:
Menyelesaikan qadha terlebih dahulu lebih utama untuk menyempurnakan pahala puasa Syawal.
Tindakan Jika Terlanjur:
Puasa sunnah yang sudah dilakukan tetap sah, tetapi segera lunasi qadha sebelum Ramadhan berikutnya.
Catatan Penting:
Perbedaan pendapat ini bersifat ikhtilaf mu’tabar (diakui dalam tradisi fikih), sehingga tidak perlu saling menyalahkan.
Wallahu a’lam bish-shawab.
(KH. Wahyudi Sarju Abdurrahim, Lc. M.M: Pengasuh Pondok Pesantren Modern Al-Muflihun Temanggung dan Anggota Majelis Tabligh PWM Jawa Tengah)
===
Pondok Pesantren Modern Al-Muflihun Temanggung fokus pada kaderisasi ulama dengan berpijak pada turas islam (kitab kuning) dan pemikiran Islam kontemporer. Alamat: Des. Tretep, Kec. Tretep, Kab.Temanggung -Jawa tengah. Informasi lebih lanjur: 081328096425
Silahkan salurkan wakaf dan sedekah Anda untuk pembangunan Pondok melalui LazisMu:
No rek:
BSI: 7890090073