Jika kita buka kitab kuning, seperti dalam kitab Ta’limul Muta’allim, bahwa salah satu syarat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah keberadaan guru. Guru ini yang akan memberikan ilmu pengetahuan secara langsung. Guru yang akan menerangkan berbagai kerumitan yang ada dalam berbagai cabang ilmu.
Guru fungsinya bukan sekadar transfer ilmu, namun juga memberikan ikatan batin antara santri, guru dan ilmu. Guru menjadikan santri merasa ternaungi terhadap ilmu pengetahuan yang ia dapatkan. Guru pun menjadi tempat bertanya tatkala santri menemukan berbagai kendala.
Guru dalam khazanah pemikiran Islam klasik bukan sekadar penyampai ilmu, namun ia juga pendidik. Guru akan menuntun santri agar tidak saja cakap dalam ilmu pengetahuan, namun juga memiliki akhlak yang terpuji. Guru sekaligus juga pembimbing bagi santri untuk semakin dekat dengan Allah swt.
Belajar dengan guru, akan menimbulkan ikatan batin antara santri, guru dan ilmu. Ikatan batin ini akan menambah kecintaan santri pada guru dan ilmu sekaligus. Rasa cinta kepada keduanya menjadi modal awal bagi santri untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Terkadang, selesai ngaji kitab, guru akan memberikan “sanad ilmu” kepada siswa. Sanad itu sebagai bukti bahwa santri pernah beajar kitab tertentu kepada sang guru. Gurunya pun, belajarnya juga bersanad hingga sampai pada penulis buku pertama. Belajar mengajar model sanad seperti ini masih berlaku hingga saat ini di Lembaga al-Azhar asy-Asyarif Kairo, Mesir.
Guru sangat penting. Banyak cabang ilmu pengetahuan yang tidak dapat dipelajari sendiri secara otodidak. Guru akan memberikan tahapan-tahapan berpikir dan belajar secara lebih metodologis. Belajar melalui guru memang butuh waktu dan kesabaran.
Khusus terkait keilmuan Islam, guru sangat penting. Sayangnya sekarang banyak yang suka instan. Belajar keislaman tidak lagi dengan guru, namun cukup digantikan oleh syaikh youtube dan google. Santri-santri google pun bertebaran. Tidak lama kemudian, para santri ini telah naik kelas menjadi seorang mufti. Mereka mudah mengklaim kebenaran dan memberikan fatwa. Maka jadilah ia kiai google. Wallahu a’lam.
(Ustadz Wahyudi, Abdurrahim, Lc., M.M)