Tanya:
Assalamualaikum Ustadz.
Biasa kita temui di kehidupan sehari-hari, ketika kita berbelanja, utamanya di warung makan/rumah makan, ada rumah makan yg menerapkan aturan bayar dulu, baru makan. Tapi ada juga yg makan dulu, baru bayar.
Secara agama, apakah kedua jenis transaksi seperti di atas dianggap sah? Dan cara mana yg lebih utama?
Terima kasih.
(Hadi, Tanah Bumbu)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Prinsip jual beli selama tidak ada unsur riba, penipuan, atau judi, maka ia dibolehkan. Dalilnya sebagai berikut:
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
“… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (QS. Al Baqarah: 275)
Selain itu, prinsip dari jual beli adalah saling rela. Dalilnya sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
“… janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang timbul dari kerelaan di antara kalian…” (QS. An-Nisaa’: 29)
Membayar lebih dahulu atau membayar belakangan, selama ada unsur saling rela dan tidak ada unsur penipuan, antara keduanya maka hal itu dibolehkan. Apalagi ini sudah menjadi tradisi dan tradisi dianggap bagian dari hukum syariat sebagaimana kaedah berikut ini:
العادة محكمة
Tradisi menjadi timbangan hukum:
المعروق عرفا كالمشروط شرطا
Suatu hal yang dibenarkan oleh kebiasaan (adat) sama halnya dengan sesuatu yang dibenarkan dalam syarat perjanjian.
الثاىت العرف كالثاىت بالنص
Apa yang dibuktikan oleh ‘urf seperti apa yang dibuktikan oleh Nash.
Intinya, semua transaksi tersebut boleh dan dihalalkan syariat. Wallahu a’lam.