Pertanyaan dari Muhammad Amir Ja'far:
Terrkait arisan bagi yang menang, kalau dari segi membuka pintu hutang bagaimana? Jika seseorang menang duluan kemudian dia meninggal dunia, bahkan meninggal dalam keadaan jihadpun dosa hutang tidak dimaafkan.
Jawab:
Arisan secara umum adalah boleh. Ia sebenarnya seperti menabung, dengan cara mengumpulkan dana dari banyak rekan.Jika ia dapat diawal, bearti ia berhutang dan punya tanggungan untuk membayarkan kekurangan setiap bulannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bagaimana jika dia memang terus meninggal dunia sementara ia belum melunasi tanggungannya?
Dia wajib membayar hutang. Dari mana? Diambil dari harta peninggalan dia. Sebagaimana diketahui bahwa harta peninggalan, sebelum dibagikan ke ahli waris, harus dilihat dulu, apakah ia punya hutang. Jika ia, maka hutang harus dibayarkan terlebih dahulu. Kedua, wasiat, apakah ia punya wasiat terkait dengan ahrta benda? Jika ia maka harus ditunaikan. Syaratnya wasiat harta tidak lebih dari sepertiga. Setelah diambil uang hutang dan wasiat, baru sisa harta, menjadi hak ahli waris.
Terkait kewajiban pembayaran hutang, rasulullah saw bersabda:
نَفْسُ الْمُؤْمِنِ مُعَلَّقَةٌ بِدَيْنِهِ حَتَّى يُقْضَى عَنْهُ
Artinya: “Jiwa (ruh) seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai terlunasi” [HR. Riwayat At-Tirmidzi)
أَنَّ النَّبِيَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ لِيُصَلِّيَ عَلَيْهَا، فَقَالَ: هَلْ عَلَيْهِ مِنْ دَيْنٍ؟ قَالُوْا: لاَ، فَصَلَّى عَلَيْهِ. ثُمَّ أُتِيَ بِجَنَازَةٍ أُخْرَى، فَقَالَ: هَلْ عَلَيْهِ مِنْ دَيْنٍ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: صَلُّوا عَلَى صَاحِبِكُمْ . قَالَ أَبُو قَتَادَةَ: عَلَيَّ دَيْنُهُ يَا رَسُولَ اللهِ، فَصَلَّى عَلَيْهِ.
Artinya: “Bahwasanya, pernah dihadapkan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang jenazah untuk beliau shalati. Lalu beliau bertanya, “Apakah dia punya hutang?” Mereka menjawab, “Tidak”, maka beliau pun menyalatinya. Kemudian didatangkan kepada beliau jenazah yang lain, lalu beliau bertanya, “Apakah dia punya hutang?”, Mereka menjawab, “Ya” maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Shalatilah teman kalian ini oleh kalian”. Abu Qatadah berkata, “Wahai Rasulullah. Saya yang akan melunasi hutangnya”, maka beliau pun mau menyalatinya”. (HR. Bukhari)
Terkait wasiat yang batasannya maksimal hanya sepertiga, sebagaimana hadis dari Sa’ad bin Abi Waqqash berikut ini:
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أُوصِي بِمَالِي كُلِّهِ قَالَ لَا قُلْتُ فَالشَّطْرُ قَالَ لَا قُلْتُ الثُّلُثُ قَالَ فَالثُّلُثُ وَالثُّلُثُ كَثِيرٌ إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ فِي أَيْدِيهِمْ
Artinya: Aku berkata, “Wahai Rasulullah, aku mau berwasiat untuk menyerahkan seluruh hartaku (kepada putrid tunggalku, pent.)”. Beliau bersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau setengahnya?” Beliau bersabda, “Tidak boleh”. Aku berkata, “Kalau sepertiganya?” Beliau bersabda: “Ia sepertiganya dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jika kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya itu lebih baik daripada kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dengan menengadahkan tangan-tangan mereka. (HR (Bukhari dan Muslim )
Terkait pembayaran hutang dan wasiat sebelum menjadi harta waris, berdasarkan pada firman allah berikut ini:
فَإِنْ كَانَ لَهُ إِخْوَةٌ فَلِأُمِّهِ السُّدُسُ مِنْ بَعْدِ وَصِيَّةٍ يُوصِي بِهَا أَوْ دَيْنٍ
Artinya: Pembagian-pembagian tersebut di atas sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya”. (QS. An-Nisa: 11]) Wallahu a’lam
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M)
===========================
Bagi yang ingin wakaf tunai untuk pembangunan Pondok Modern Almuflihun, silahkan salurkan dananya ke: Bank BNI Cabang Magelang dengan no rekening: 0425335810 atas nama: Yayasan Al Muflihun Temanggung. SMS konfirmasi transfer: +201120004899