Tanya:
Assalamualaikum ustadz
Bagaimana hukumnya tajassus kepada saya seorang muslim dari muslim lainnya yang melakukan tajassus?
Karena teman saya menggunakan aplikasi yang saya tidak tahu seperti apa untuk memata2i rahasia keseharian dan keburukan saya (aib), dan dia sebar ke teman2nya karena alasan untuk mengatasi rasa bosannya…. Saya sudah coba nasihati dia tapi dia tidak mau berhenti juga. Apakah saya salah tidak memaafkan dia? Apakah saya salah memaki2 dia? Saya tidak bisa melakukan apa2 untuk menghentikan perbuatan tajassus dia
Mohon pencerahannya ustadz karena saya merasa terdzalimi sekali karena selalu menjadi bahan ghibah, fitnah, dan aib…. terima kasih
(Muhammad Farras Majid, Bandung)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Allah mengaharmkan kita untuk melakukan tajassus atau mencari kesalahan orang lain sebagaimana firman Allah berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا…
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain…” (Al-Hujurat : 12)
Juga firman Allah berikut:
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang menyenangi tersebarnya perbuatan keji di kalangan orang-orang beriman, mereka memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat….” (An-Nur: 19)
Juga hadis Nabi berikut:
إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا
“Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap insan muslim mempunyai kehormatan yang harus saling dijaga bersama. Janganlah kita membuka aib orang karena ancamannya sangat berat. Jika sekali kitab membuka aib orang, maka Allah akan buka aib kita. Sebaliknya jika kita tutupi aib orang, maka Allah akan tutupi aib kita. Hal ini karena manusia di dunia tidak ada yang sempurna.
Manusia pasti mempunyai kekurangan dan aib. Terkait perintah menjaga aib saudara kita sesama muslim disebutkan dalam firman Allah berikut ini:
وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya, “Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
Juga sabda nabi Muhammad saw berikut ini:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمـِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فيِ الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ …
“Siapa yang melepaskan dari seorang mukmin satu kesusahan yang sangat dari kesusahan dunia niscaya Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan dari kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya Allah akan memudahkannya di dunia dan nanti di akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim niscaya Allah akan menutup aibnya di dunia dan kelak di akhirat. Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu menolong saudaranya….” (HR. Muslim).
Tentu kita tidak ingin ada yang membuka aib kita. Maka jika ada yang membuka aib kita, nasihatilah dia. Beri tahu secara halus bahwa membuka aib saudaranya bukanlah perbuatan baik. Jika tidak mau mendengar perkataan kita, minta tolong kepada orang yang dekat dengan dia untnuk memberikan nasihat kepadanya.
Janganlah membalas sikap dia dengan membuka aibnya juga, karena kejelekan harusnya dibalas dengan kebaikan dan bukan sebalikya. Dengan sikap baik kita kepadanya, barangkali akan menjadi sarana bagi dia untuk sadar dan Kembali ke jalan yang benar. Namun jika kita membalasnya, maka yang terjadi adalah saling menjatuhkan dan samasama menanggung dosa yang sangat besar. Semoga Allah menjauhkan kita dari sikap hasad, iri dan dengki sehingga dapat hidup bahagia dunia dan ahirat. Amin. Wallahu a’lam.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M)
Infak untuk pengembangan aplikasi Tanya Jawab Agama: Bank BNI Syariah No. Rekening 0506685897 a.n Muhamad Muflih.
Wakaf untuk pembangunan Pesantren Almuflihun: Bank BNI No. Rekening 0425335810 a.n Yayasan Al Muflihun Temanggung.
Konfirmasi transfer +628981649868 (SMS/WA)