Tanya:
Assalamualaikum Ustadz, izin bertanya. Bolehkah kita mengamalkan doa/shalawat yang di buat oleh para Ulama/Habaib?
Seperti doa Rabithah atau shalawat nariyah/thibbil Qulub dsb.
Terimakasih ustadz atas jawabannya. (Hamba Allah, Magelang)
Jawab:
Shalawat artinya doa. Ketika kita membaca shalawat kepada nabi Muhammad Saw, berarti kita berdoa untuk beliau. Membaca shalawat sendiri anjuran Allah sebagaimana firman allah berikut:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” [Al-Ahzaab: 56]
Juga hadis Nabi berikut:
أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا.
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat kepadaku pada hari dan malam Jum’at, barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali (HR Baihaqi)
Bahkan orang yang banyak bershalawat, kelak di hari kiamat akan sangat dekat dengan Nabi sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw berikut:
ﻋَﻦْ ﻋَﺒْﺪِ اﻟﻠَّﻪِ ﺑْﻦِ ﻣَﺴْﻌُﻮﺩٍ، ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: «ﺃَﻭْﻟَﻰ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﻲ ﻳَﻮْﻡَ اﻟﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺃَﻛْﺜَﺮُﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻲَّ ﺻَﻼَﺓً
Abdullah bin Mas’ud berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Orang Yang paling berhak dengan syafaatku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak shalawatnya kepadaku” (HR Tirmidzi).
Shalawat sendiri ada yang ma’tsur seperti shalawat Ibrahimiyah berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ (فِي رِوَايَةٍ: وَ بَارِكْ) عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى (إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى) آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Inti dari shalawat adalah ungkapan berikut:
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
Atau
عَلَيْهِ الصّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
Ada juga shalawat yang ghair ma’tsur, artinya yang tidak diajarkan Nabi, namun karya para ulama seperti shalawat nariyah, shalawat badar dan lainnya. Meski ghair ma’tsur, biasanya tetap ada ungkapan Allahuma shali ala Muhammad. Hanya kemudian sebelum atau setelah kalimat tersebut ditambah pujian kepada rasul atau shalawatnya sebagai pembuka doa untuk kita dan lainnya.
Intinya, selama ia adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Saw, meski ia ada tambahan atau sisipan kata lainnya, dan dengan tambahan pujian panjang kepada junjungan Nabi besar Muhammad Saw, tetap boleh dan dianjurkan. Mereka yang membaca shalawat, insya Allah akan mendapatkan banyak pahala. Wallahu a’lam.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.