Menggambar Makhluk Bernyawa

Tanya: Menurut hadis kan kita tidak boleh menggambar/melukis makhluk bernyawa. Terus, bagaimanakah orang-orang yang bekerja sebagai kartunis atau animator? Apakah mereka selalu berdosa? Terima kasih.

Admin

[addtoany]

Art 1209519 1280

Tanya:
Menurut hadis kan kita tidak boleh menggambar/melukis makhluk bernyawa. Terus, bagaimanakah orang-orang yang bekerja sebagai kartunis atau animator? Apakah mereka selalu berdosa? Terima kasih. (Fiqih Nugra, Surabaya)

Jawab:
Wa’alaikum salam

Benar bahwa ada hadis yang secara literal mengharapkan melukis mahluk hidup sebagaimana hadits-hadis berikut:

إنَّ الَّذينَ يصنَعونَ هذِه الصُّوَرَ يعذَّبونَ يومَ القيامةِ، يقالُ لَهم : أحيوا ما خلقتُمْ

“Orang yang menggambar gambar-gambar ini (gambar makhluk bernyawa), akan diadzab di hari kiamat, dan akan dikatakan kepada mereka: ‘hidupkanlah apa yang kalian buat ini’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abdullah bin Mas’ud ra, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah Saw   bersabda:

إنَّ أشدَّ النَّاسِ عذابًا عندَ اللَّهِ يومَ القيامةِ المصوِّرونَ

“Orang yang paling keras adzabnya di hari kiamat, di sisi Allah, adalah tukang gambar” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan hadits Abu Hurairah ra, beliau berkata: aku mendengar Rasulullah saw  bersabda:

قال اللهُ عزَّ وجلَّ : ومن أظلم ممن ذهبَ يخلقُ كخَلْقي ، فلْيَخْلُقوا ذرَّةً ، أو : لِيخْلُقوا حبَّةً ، أو شعيرةً

“Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: ‘siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mencipta seperti ciptaan-Ku?’. Maka buatlah gambar biji, atau bibit tanaman atau gandum” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hanya saja, hadis tersebut mengandung illat yaitu bahwa menggambar yang tujuannya adalah untuk disembah. Jika tidak untuk disembah maka boleh.

Hal ini sebagaimana hadis riwayat dari Aisyah – ra – beliau berkata:

كُنْتُ أَلْعَبُ بِالْبَنَاتِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَ لِي صَوَاحِبُ يَلْعَبْنَ مَعِي، «فَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ يَتَقَمَّعْنَ مِنْهُ، فَيُسَرِّبُهُنَّ إِلَيَّ فَيَلْعَبْنَ مَعِي

“Aku bermain dengan al-banat ( boneka perempuan ) di sisi Nabi – saw ‘ -. Dan aku memiliki kawan-kawan yang bermain bersamaku. Maka apabila Rosulullah saw ‘  masuk, mereka masuk rumah dan menutup diri dari beliau. Lalu beliau menyuruh mereka satu persatu kepadaku agar mereka bermain ( lagi ) denganku”. [ HR. Al-Bukhari dan Muslim ].

Hal ini diperkuat dengan hadits Aisyah yang lain beliau berkata:

قَدِمَ رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- من غزوة تَبوكٍ، أو خيبرَ، وفي سَهْوتها سِتْرٌ، فهبَّت ريحٌ فكَشَفَتْ ناحية السَّتر عن بناتٍ لعائشة لُعبٍ، فقال: “ما هذا يا عائشة؟ ” قالت: بناتي، ورأى بينهنَّ فرساً لها جناحانِ من رِقاع، فقال: “ما هذا الذي أرَى وَسْطَهُنَّ؟ ” قالت: فرسٌ، قال: “وما هذا الذي عليه؟ ” قالت: جناحَان: قال: “فرسٌ له جَناحَان؟! ” قالت: أما سمعَت أن لسليمان خَيلاً لها أجنحة؟ قالت: فضحك حتى رأيت نواجِذَه

“Rasulullah – saw – pulang dari perang Tabuk atau Khaibar. Pada rak barang milik Aisyah terdapat/ditutupi oleh ( kain ) penutup. Tiba-tiba angin bertiup lalu salah sisi dari kain penutup itu tersingkap sehingga mainan boneka-boneka berwujud anak perempuan milik Aisyah kelihatan. Maka nabi bertanya : “Ini apa wahai Aisyah ?” Aisyah menjawab : “Boneka-boneka perempuanku”. Nabi melihat di antara boneka-boneka tadi terdapat kuda yang memiliki dua sayap yang terbuat dari potongan kain yang terdapat tulisan di dalamnya. Nabi bertanya : “Apa yang kamu lihat di tengah-tengah boneka-bonekamu” Aisyah menjawab : “Kuda”. Nabi bertanya : “Apa yang ada di atasnya ?”. Aisyah menjawab : “Dua sayap”. Nabi berkata : “Kuda memiliki dua sayap ?” Aisyah menjawab : “Apakah anda tidak pernah mendengar sesungguhnya nabi Sulaiman memiliki kuda perang yang punya banyak sayap ?”. maka Nabi tertawa sampai aku melihat gigi gerahamnya”. [ HR. Abu Dawud].

Dua hadits di atas secara jelas menunjukkan akan bolehnya gambar bernyawa bahkan berupa patung untuk suatu tujuan yang baik seperti untuk hiburan seperti hadis di atas. Bisa juga untuk hiburan dan pendidikan bagi seorang anak seperti kartun (animasi).  Nabi Muhammad saw  menyetujui dan tidak mengingkari akan boneka yang dipakai mainan oleh Aisyah.

Dalam kaidah ushul disebutkan:

الحكم يدورمع علته وجودا وعدما

Artinya: “hukum itu akan berputar bersama illat (sebab )nya. Jika sebab itu ada, hukum juga ada. Jika sebab itu hilang, maka hukumpun hilang.”

Dalilnya sebagaimana hadis riwayat dari Aisyah Ra:

أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ، وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ، فَذَكَرَتَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ، بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا، وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ، فَأُولَئِكَ شِرَارُ الخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ القِيَامَةِ»

“Bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa mereka melihat gereja di Habasyah yang didalamnya terdapat gambar. Maka beliau pun bersabda: “Sesungguhnya jika orang shalih dari mereka meninggal, maka mereka mendirikan masjid di atas kuburannya dan membuat patungnya di sana. Maka mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat.” [ HR. Al-Bukhari : 427 dan Muslim : 528 dan lafadz di atas lafadz Al-Bukhari ].

Ada satu kaidah yang berbunyi:

الوسائل لها أحكام المقاص

“Berbagai perantara itu akan memiliki hukum berbagai maksudnya (tujuannya).”

Artinya, wasilah ( perantara ) itu, hukumnya ditentukan oleh maksud dan tujuan perbuatan itu. Jika untuk tujuan haram maka haram. Namun jika untuk tujuan baik maka menjadi baik. Wallahu a’lam.

(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M)

Infak untuk pengembangan aplikasi Tanya Jawab Agama: Bank BNI Syariah No. Rekening 0506685897 a.n Muhamad Muflih.

Wakaf untuk pembangunan Pesantren Almuflihun: Bank BNI No. Rekening 0425335810 a.n Yayasan Al Muflihun Temanggung.

Konfirmasi transfer +628981649868 (SMS/WA)

Related Post