Tanya:
Saya pernah baca di dalam sebuah akun Instagram, bahwa Jumlah ayat dalam Al Qur’an itu berbeda-beda. Yg membedakan mungkin cara menghitung ayatnya, tapi mengapa bisa demikian dan berapa Jumlah ayat sesuai jumhur ulama? (Delfian Thanta – Bolaang Mongondow)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan untuk umat Islam sebagai petunjuk kehidupan. Ia Kalamullah yang sifatnya azal. Terkait Al Qur’an sebagai Kalamullah disebutkan dalam firman Allah Ta’ala:
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ
“Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah (Al-Qur’an), kemudian antarkanlah ia ketempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” (At-Taubah: 6).
Al Qur’an terdiri dari 114 surat. Jumlah surat ini sudah menjadi kesepakatan para ulama. Urutan surat sifatnya tauqifi, yaitu atas perintah Allah. Setiap surat terdiri dari ayat-ayat dan urutan ayatnya juga tauqifi, atas perintah Allah.
Tapi mengapa jumlah ayatnya beda-beda? az-Zarkasyi (w. 794 H/1391 M) mengatakan sebagai berikut:
سبب اختلاف السبب في عدد الآي أن النبي صلى الله عليه وسلمكان يقف على رؤوس الآي للتوقيف فغذا علم محلها وصل للتمام فيحسب السامع حينئذ أنها ليست فاصلة
Karena Nabi Muhammad SAW terkadang berhenti pada akhir ayat karena waqaf, namun keesokan harinya Nabi tidak lagi berhenti (waqaf) pada tempat semula, bahkan menyempurnakan bacaannya, sehingga para sahabat yang mendengarnya menyangka berhentinya Nabi tersebut karena faktor akhir ayat (fasilah).
Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa dalam al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz (h. 47) mengatakan bahwa para ulama berbeda pendapat tentang jumlah ayat Al-Qur’an.
Ada juga pendapat bahwa jumlah pengelompokan ini terkait erat dengan enam copy naskah Usmaniyah yang didistribusikan ke beberapa garnisun wilayah Islam waktu itu (al-Amshar). Oleh karena itu, hitungan Madinah ada dua (Madani Awal dan Akhir), Mekah, Syam, Kufah, dan Basrah, demikian menurut ad-Dani.
Sementara al-Jabiri menambahkan satu lokasi lagi, yakni hitungan dari daerah Hims. Dari kronologi ini kemudian para ulama setelahnya menggenapkannya menjadi 7 riwayat yang memberikan keterangan tentang jumlah ayat dalam Al-Qur’an.
Bisa jadi, perbedaan itu, lebih dominan atas perbedaan riwayat para qura. Namun yang pasti, bunyi ayatnya semuanya sama. Susunannya juga sama. Wallahu a’lam.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.)