Penulis: Indera Gunawan, Lc, M.A. (Kandidat Doktor Universitas Al-Azhar Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Anggota Majelis Tarjih PCIM Kairo)
Sejarawan sepakat pada istilah fitnah.
Sebab-sebab fitnah:
1. Keadaan kaum Muslimin
- Luasnya negeri. Persia telah hancur. Syam dan Mesir jajahan Romawi Byzantium direbut. Banyak tawanan, harta rampasan, dan juga kemakmuran meningkat. Juga dimulai percampuran ras, budaya dan adat istiadat. Begitu juga suku, agama, dan benturan kebudayaan. Di masa Umar begitu keras pada bawahannya hingga tak ada yang berani membantah.
- Munculnya gerakan anti Quraisy.
- Masuk Islam secara zhahir dan batinnya menggerogoti Islam.
2. Pemanfaatan pemberontak pada sifat Utsman yang lembut, pemaaf dan penuh toleransi.
Utsman memerintah usia 70 tahun, penuh lembut, penyayang, pemalu, dan mendahulukan pengampunan daripada kekerasan. Apakah karena sifat-sifat mulia ini Utsman dicela?
Contoh kasus-kasus penuh fitnah:
- Penggandaan berkali lipat pada gaji pegawai
Orang-orang menjadi tamak pada harta, dan segala cara untuk menjatuhkan khalifah. Menuduh khalifah terlalu boros namun mereka menuntut harta Muslimin dibagikan lebih besar lagi.
- Ampunannya pada Ubaidillah bin Umar dan membayar diyat atau tebusan qisas dari hartanya sendiri.
Ubaidillah membunuh Harmazan, Jafinah, putri Abi Lu’lu’ sebagai qisas atas pembunuhan berencana pada ayahnya. Utsman menganggap dirinya selaku khalifah adalah wali terhadap korban pembunuhan Ubaidillah. Karena yang terbunuh dari bangsa asing (‘ajam) yang tak punya wali. Dan dia membayar tebusannya dengan hartanya sendiri untuk diberikan pada baitul mal. Hukum qisas memberi pilihan apakah dilakukan qisas atau dimaafkan dengan tebusan. Utsman ketika jadi walinya memilih memafkannya. Ada juga riwayat yang mengatakan muslim tak dibunuh oleh non-muslim. Dan orang-orang menyangsikan keislaman Harmazan. Bahkan dalam at-Thabary,(Tarikh Rusul jilid 4 hal. 233, 234) disebutkan bahwa Utsman menyerahkan Ubaidillah pada Qamadzaban anaknya Harmadzan untuk diqisas atas pembunuhan ayahnya. Tapi Qamazaban menolak dan memaafkan Ubaidillah. Kisah ini dijadikan fitnah karena pembelaannya pada Ubaidillah.
- Adu domba pemuka Quraiys
Masa Umar sahabat tak boleh keluar Madinah kecuali dengan ijinnya. Keberadaan sahabat dijadikan sebagai penasehat khalifah dan Umar takut kalau sahabat keluar Madinah, maka akan dijadikan fitnah oleh daerah-daerah lainnya. Di masa Utsman sahabat diperbolehkan kemana saja, dan itu dipergunakan oleh pemberontak dengan menyebar fitnah atas nama sahabat. Contoh jelasnya ketika para pemberontak dari masing-masingkota menuntut pencopotan Utsman dan diganti dengan Sahabat usungan masing-masing. Bashrah memilih Thalhah, Kufah memilih Zubair, dan Mesir memilih Ali.
- Pengabulan Utsman pada tuntutan para pemberontak
Para gubernur digantikan sesuai permintaan para pemberontak.
Kufah
Awalnya Ustman mengganti Mughirah bin Syu’bah dengan Sa’ad bin Abi Waqqash (sesuai wasiat Umar, tapi Saad cuma menjabat setahun lebih beberapa bulan hingga diganti juga oleh Ustman. Sebabnya ketika ada konflik antara Abdullah bin Mas’ud dan Saad dalam perkara baitul mal. Abdullah sendiri adalah petugas kas negara. Dan masing-masing mereka punya pendukungnya. Akhirnya Saad diganti Walid bin Uqbah. Walid lantas memerintah dengan tegas, mereka yang buat onar dihukum, tanpa pandang bulu dan tanpa pengecualian. Walid dulunya gubernur di masa Umar di daerah Tighlab dan Arab Jazirah.
Adasebuah kasus para pemuda Kufah membunuh seorang penduduk, kasus itu ditangani dan para pengeroyok dihukum qisas. Adapun orang tua mereka dengki dan ingin menjatuhkan Walid. Dibuatlah makar dan tuduhan bahwa Walid meminum khamar bersama penyair Abi Zaid at-Thaii.Kabar menyebar sampai pada khalifah, kemudian utsman memanggil Walid. Walid bersikeras tak bersalah, tapi Utsman yang demi kemashlahatan mencopot Walid dan menggantinya denganSaid bin ‘Ash. Said mampu berbuat adil, ia menyambangi para pemuka di sana dan mengambil hati pemimpinnya. Para pembantu dan asistennya berasal dari pemuka kaum Kufah. Adapun para pemberontak ketika melihat Said tak menyerang mereka dan melupakan keberadan mereka, yang mana mereka mengira Said akan berlaku kejam memberantas mereka, ternyata di luar perkiraan mereka, meski begitu mereka juga mulai merongrong posisi Said. Khalifah lalu memerintahkan Said mengeluarkan mereka dari Kufah ke Syam. Tapi mereka akhirnya kembali lagi ke Kufah dan membuat huru-hara. Said melapor le Madinah situasi Kufah, di mana setelah itu ia tidak diboleh kembali masuk ke Kufah oleh pemberontak. Akhirnya Utsman terpaksa menurunkan Said bin Ash dan menggantinya dengan Abu Musa al-Asy’ary tahun 34 H. Posisi Abu Musa ini bertahan sampai wafatnya Utsman.
Harusnya khalifah tak menuruti pemberontak tapi bersifat tegas dan menghukum mereka. Tapi Ustman terlau pemurah dan lembut.
Bashrah
Tahun 29 H penduduknya memberontak terhadap Abu Musa al-As’ary dan Utsman menggantinya dengan Abdullah bin Amir. Abdullah dapat tegas dan adil hingga pemberontak tak bisa merongrongnya.
Mesir
Utsman mencopot Amru bin Ash dan menggantinya dengan Abdullah bin Abi Sarh. Peristiwa ini berhasil dimanfaatkan penyebar fitnah. Itu dikarenakan Amru ingin menyendiri berkuasa di Mesir. Ketika Utsman menolaknya, Amru enggan kembali pada posisi semula dan memilih mengundurkan diri (Ibnu Abdil Hakam, Futuhat Mishr).
(Bersambung)