Menghadapi Ayah yang Sering Berkata Kasar

Tanya: Assalamualaikum, Saya bingung bagaimana cara menghadapi ayah saya yang selalu berkata kasar, merasa tidak pernah berbuat salah, sering nasehatin anaknya tapi slalu melakukan kebalikan

Admin

Tanya:
Assalamualaikum, Saya bingung bagaimana cara menghadapi ayah saya yang selalu berkata kasar, merasa tidak pernah berbuat salah, sering nasehatin anaknya tapi slalu melakukan kebalikan dari nasehat yang diberikan. Dikit2 marah, kalau sudah marah smua dicaci maki, di salah salahin dibilang gak berbakti, dibilang anak sm istri smua pembangkang padahal kami hanya diam saja karna kalau angkat bicara sedikitpun lansng dibilang gak menghargai karna bisa jawab, kalau dinasehatin baik2 dibilang udah pada pinter jadi minterin bapaknya, ngerasa anaknya sm istrinya nganggep beliau bodoh dan meremehkan. Smua salah dimata bapak, lagi nyapu dibilang kenapa gak ngepel, lagi masak ini dibilang kenapa gak itu, gak pernh ada yg bisa hidup tenang tiap bapak di rumah. Saya kebetulan orng yg gak tahan kalau ibu saya disalah2in saat tidak salah jadi saya yg paling sering nasehatin bapak kalau lagi nyalah2in orang rumah tanpa dasar, jadi saya yang paling sering kena tuding anak yang sok pintar dan tidak bisa menghargai orng tua, suka nyalahin orang tua dan dianggap durhaka. Bagaimana menurut ustadz/ustadzah? Saya mohon percerahan secara subjektif. Trimakasih wassalam. (Titin Nurjanah – Lampung Barat)

Jawab:
Wa’alaikumssalam. Berbakti kepada orang tua adalah sebuah kewajiban sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 23:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰ⁠لِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ إِمَّا یَبۡلُغَنَّ عِندَكَ ٱلۡكِبَرَ أَحَدُهُمَاۤ أَوۡ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَاۤ أُفࣲّ وَلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوۡلࣰا كَرِیمࣰا

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.”

Juga dalam surat an-Nisa’ ayat 36:

وَٱعۡبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُوا۟ بِهِۦ شَیۡـࣰٔاۖ وَبِٱلۡوَ ٰ⁠لِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنࣰا وَبِذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡیَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِینِ وَٱلۡجَارِ ذِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡجَارِ ٱلۡجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلۡجَنۢبِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِیلِ وَمَا مَلَكَتۡ أَیۡمَـٰنُكُمۡۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا یُحِبُّ مَن كَانَ مُخۡتَالࣰا فَخُورًا

“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.”

Maka dalam kondisi apapun, kita tetap harus mengedepankan sikap bakti tersebut. Sebagaimana saling menasihati adalah sebuah kewajiban sebagaimana firman Allah berikut

ٱلَّذِينَ يَتَّبِعُونَ ٱلرَّسُولَ ٱلنَّبِىَّ ٱلْأُمِّىَّ ٱلَّذِى يَجِدُونَهُۥ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ وَٱلْإِنجِيلِ يَأْمُرُهُم بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَىٰهُمْ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ ٱلْخَبَٰٓئِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَٱلْأَغْلَٰلَ ٱلَّتِى كَانَتْ عَلَيْهِمْ ۚ فَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِهِۦ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَٱتَّبَعُوا۟ ٱلنُّورَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ مَعَهُۥٓ ۙ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-A’raaf: 157).

Bagaimana beramar makruf kepada orang tua? Tentu ada etikanya juga. Usahakan mengingatkan orang tua saat kondisi orang tua sedang stabil. Misal pas makan bareng, sambil santai dan bergurau, sampaikan agar bapak tidak mudah marah.

Jika nasihat kita membuat bapak semakin marah, baiknya kita diam saja. Kita minta bantuan kepada orang lain yang dituakan atau temannya bapak untuk memberikan dia nasihat. Karena nasihat orang lain yang dia tuakan dan dia hormati, biasanya lebih masuk dibandingkan dengan nasihat dari anak.

Semoga bapak anda menjadi pribadi yang penyabar dan semoga keluarga kalian sakinah hingga ke surga. Amin. Wallahu a’lam. (Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.)

Tags

Related Post