Tanya:
Assalamualaikum, Ustadz. Saya ingin bertanya. Bagaimana hukumnya jika seseorang terbesit dalam pikirannya tentang perbuatan yang dapat menyebabkan murtad dan dia berusaha menahannya, tetapi malah justru terucap. Apakah dia dihukumi murtad atau kafir? Sekian pertanyaan Saya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (Ardian Ali, Palembang)
Jawab:
Wa’alaikum salam
Setan akan selalu memberikan buruk bahkan kekafiran kepada seorang muslim. Hal ini karena setan tidak ingin melihat hamba Allah selalu konsisten dalam keimanan. Maka setan secara perlahan menghendaki seorang muslim untuk berjalan di belakang setan Allah mengingatkan kida dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. [an-Nûr/24:21]
Jika bisikan buruk itu datang tanpa ada unsur kesengajaan, mudah-mudahan itu menjadi perkara yang dimaafkan Allah sebagaimana sabda Rasulullah saw berikut:
إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِى عَنْ أُمَّتِى مَا وَسْوَسَتْ بِهِ صُدُورُهَا ، مَا لَمْ تَعْمَلْ أَوْ تَكَلَّمْ
Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla memberikan ma’af bagi umatku atas bisikan yang terbetik dalam hati mereka, selama belum dilakukan atau belum diucapkan. [HR. Bukhâri dan Muslim]
Namun, kita tidak boleh menganggap perkara ini remeh. Kita harus segera beristiazah dan beristigfar. perasaan kita yang menentukan bisikan setan itu, adalah tanda keimanan:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ جَاءَ نَاسٌ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَسَأَلُوهُ إِنَّا نَجِدُ فِى أَنْفُسِنَا مَا يَتَعَاظَمُ أَحَدُنَا أَنْ يَتَكَلَّمَ بِهِ. قَالَ « وَقَدْ وَجَدْتُمُوهُ ». قَالُوا نَعَمْ. قَالَ « ذَاكَ صَرِيحُ الإِيمَانِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Beberapa orang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang kepada Nabi lalu bertanya, ‘Sesungguhnya kami merasakan sesuatu dalam hati kami yang masing-masing kami menganggap (dosanya) besar bila diucapkan’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah kalian merasakannya?’ Mereka menjawab, ‘Ya’. Beliau bersabda, ‘Itulah keimanan yang nyata’ [HR. Muslim]
Jika terbesit dalam hati anda sikap kufur, apalagi sampai terucap, bersegeralah beristigfar. Mudah-mudahan Allah mengampuni hal tersebut dan insya Allah kita tetap menjadi hamba Allah yang beriman. Wallahu a’lam bishawab.
(Ustadz Wahyudi Abdurrahim, Lc., M.M.)